Tuesday, June 5, 2007

Relaksasi, Solusi untuk Penderita Migrain


BAGI siapa pun, terserang migrain pastilah menjengkelkan. Pekerjaan tak bisa tuntas, produktivitas pun terhambat. Buruknya, migrain bisa menyerang semua kelompok usia. Umumnya, usia rata-rata penderita migrain tercatat antara 10-30 tahun. Sepuluh persen dari penderita migrain mengalaminya setelah berusia 40 tahun.

Uniknya lagi, kaum wanita lebih "berbakat" terkena migrain. Data Health Journal memperlihatkan jumlah penderita wanita tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan pria. Bukan hanya itu, hampir separuh dari penderita migrain juga sekaligus penderita sakit kepala jenis lain seperti sakit kepala akibat kontraksi otot, pelebaran pembuluh darah, gangguan tubuh, dan sebagainya.

Sebelum terjadi serangan, umumnya penderita migrain akan mengalami peringatan awal (aura) seperti penglihatan kabur, pandangan mata menangkap noda hitam yang melayang-layang, melihat bentuk mirip bintang berwarna-warni, atau seakan-akan melihat benda-benda khayal lain. Selain itu, timbul gangguan pada indra peraba dan gerak berupa kesemutan pada tangan atau jari-jari, disertai perasaan lemah yang lama kelamaan menjalar ke atas yakni ke seluruh lengan hingga kepala.

Peringatan awal lainnya berupa gangguan bicara, misalnya bicara yang membingungkan, kehilangan kata-kata, atau bahkan tak mampu berkata-kata sama sekali.

**

SEBENARNYA, migrain punya latar belakang biokimia. Saat migrain menyerang, dalam tubuh terjadi peningkatan substansi kimiawi tertentu yang berfungsi memancarkan pesan-pesan dari syaraf. Keadaan ini mendorong pembuluh-pembuluh nadi pada kepala mengalami pengerutan. Pembuluh-pembuluh darah yang kejang tersebut akan membesar dan menimbulkan rasa sakit berdenyut-denyut. Pembuluh ini akan kembali ke ukuran semua setelah rasa sakit timbul. Meskipun demikian, penderita masih merasa letih dan tidak enak badan.

Gangguan berupa sakit yang menusuk-nusuk ini menyeruak dari daerah sekitar sebelah mata atau pelipis. Secara bertahap, rasa sakit ini akan menjalar ke daerah sekitarnya hingga pada akhirnya menyerang separuh bagian kepala. Lama-lama sakit kepala akan terasa di seluruh bagian kepala, bahkan bisa mencapai leher, wajah, dan rahang. Selanjutnya, rasa sakit akan semakin parah dan berdenyut-denyut. Penderita semakin sengsara bila membungkukkan badan, bekerja agak berat, atau bila terkena cahaya.

Selama serangan, reaksi terhadap rangsangan indra seperti cahaya yang terang atau suara gaduh menjadi berlebihan. Oleh karena itu, penderita akan mudah marah bila mendengar anak-anak berteriak-teriak, misalnya.

Pada saat seperti ini, pembuluh darah nadi pada kulit daerah pelipis yang sakit akan melebar dan tampak berdenyut. Kalau mau, terkanlah daerah ini dengan jari. Tekanan seperti ini dapat mengurangi rasa sakit, meski sifatnya hanya sementara. Selain itu, serangan sakit kepala juga bisa menyebabkan pembengkakan atau sumbatan pada selaput lendir hidung dan mata pada sektor kepala yang sakit.

Pada serangan ringan, rasa sakit hanya berlangsung beberapa jam. Setelah serangan, penderita akan merasa normal kembali. Namun, pada keadaan yang lebih parah, rasa sakit akan diderita selama beberapa hari. Timbullah rasa mual, muntah, tangan dan kaki terasa dingin, gemetar, dan wajah memucat. Bahkan pada akhir serangan, biasanya diikuti dengan sering buang air kecil.

**

WALAUPUN sampai sekarang belum diketahui penyebab yang pasti, kemungkinan migrain timbul gara-gara gangguan fungsi peredaran darah pada otak. Timbulnya gejala-gejala yang mendahului keluhan migrain kemungkinan disebabkan adanya penyempitan pembuluh darah di otak. Sedangkan keluhan sakit kepala yang menyertai migrain terjadi akibat melebarnya pembuluh nadi kulit kepala. Dicurigai, gangguan ini berkaitan dengan perubahan-perubahan yang sangat rumit dari sistem syaraf, pembuluh darah, dan biokimia.

Banyak faktor pencetus yang diduga menyebabkan timbulnya migrain. Makanan misalnya, sering menyebabkan timbulnya migrain. Misalnya saja cokelat, susu padat lemak, keju, ikan dalam kaleng, dan lain-lain.

Faktor fisiologis dalam tubuh pun dapat jadi pencetus migrain. Misalnya bila melakukan gerakan membungkukkan badan atau meregangkan badan, kelelahan, bepergian jauh, atau melakukan aktivitas fisik terlalu berat. Penyebab migrain lainnya adalah faktor emosi, misalnya stres, kegembiraan berlebihan, rasa tertekan, takut, khawatir, dan lain-lain. Bukan hanya itu, pil KB atau obat-obatan yang mengandung estrogen, gangguan keseimbangan hormonal saat menstruasi, merokok, cahaya matahari, hawa dingin, kurang tidur, atau kelewat banyak tidur juga dapat menjadi penyebab migrain.

Untuk melepaskan diri dari derita migrain, sekarang ini tersedia berbagai jenis obat. Hanya, obat-obatan umumnya punya efek samping. Sakit kepala memang hilang, namun sebagai gantinya, tiba-tiba muncul rasa nyeri di ulu hati atau mual. Oleh karena itu, jika ingin mengonsumsi obat migrain, lebih baik konsultasikan dulu dengan dokter. Biasanya dokter akan memberikan alkaloida ergot pada penderita migrain secara oral. Atau, jika kondisi sangat parah, dokter akan menganjurkan pemeriksaan dengan electro encephalogram (EEG) atau computerized tomographic (CT).

Cara lain yang paling dianjurkan untuk mengatasi keluhan migrain adalah relaksasi, yakni pemijatan secara perlahan pada leher dan punggung, olah raga secara teratur. Bisa juga dengan kompres dingin. Beristirahatlah dengan tenang, jika perlu matikan lampu. Para ahli pernapasan bahkan mengajurkan penderita migrain untuk menarik napas sedalam-dalamnya dan sebanyak-banyaknya setiap pagi, saat udara masih bersih. Cara ini bisa menimbulkan perasaan tenang dan menghadirkan oksigen lebih banyak ke paru-paru. Dengan demikian, tubuh jadi lebih nyaman. Dalam waktu tertentu, upaya ini bisa menambah kebugaran sehingga organ di bagian kepala tak mudah mengalami gangguan.

Selain menjalani pola hidup sehat, bersikap lebih santai dalam menghadapi kesulitan hidup serta terampil mengelola stres pun banyak membantu mengusir derita akibat migrain. Nah, sebelum menghubungi dokter, jika gejala migrain muncul, cobalah menghalaunya dulu dengan cara ini. Tak ada salahnya, kan? (Dra. Dessy Rikara, Apt.)***

No comments: